Rektor Unsultra Prof Dr.Ir Andi Bahrun, MSc., Agric didampingi Dekan FH Unsultra, Dr. La Niasa, dan Perwakilan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak kota Kendari, Ir.Hj. St. Ganef (Foto:Med)

Fakultas Hukum (FH) Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) terus mengelorakan gerakan peduli anak dari kekerasan seksual. Kekerasan seksual harus diperangi dan dihentikan karena perbuatan tersebut adalah virus dan predator penyakit bangsa. Anak adalah generasi emas yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa.

Fakultas Hukum (FH) Unsultra melalui kegiatan dialog mengemas isu-isu kekerasan seksual yang terjadi dibagsa ini, bukan saja dilingkungan kampus juga terjadi dilingkungan masyarakat pada umumnya.

Dialog yang digelar dosen FH Unsultra di aula WTC Unsultra, Rabu (21/9/2022) dengan tema Gerakan Peduli Anak, Jauhkan dari Kekerasan Seksual.

Rektor Unsultra, Prof. Dr. Ir Andi Bahrun, MSc., Agric, mengatakan, anak merupakan aset bangsa yang harus dijaga dan dilindungi. Ke depan, anak-anak Indonesia diharapkan dapat terpenuhi segala hak-haknya untuk tumbuh dan berkembang serta mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. Anak harus dipersiapkan semenjak dini agar kelak menjadi SDM yang berkarakter kuat, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, unggul, berdaya saing, dan menjadi agen perubahan di masa depan.

Jumlah Angka kekerasan anak khususnya menunjukkan jumlah yang tinggi. Tahun 2022 ini, kekerasan seksual terhadap anak sekitar 7800an kasus, sedangkan Tahun 2021 di Sultra terdapat sekitar 130 kasus kekerasan seksual terhadap anak (sumber: media online).

Hal ini menjadi keprihatinan dan tentu kegelisahan banyak pihak. Oleh karena itu untuk pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual terhadap anak perlu kepedulian/keterlibatan semua pihak , peran PT (dosen dan mahasiswa), guru, masyarakat, pemerintah, media dan swasta.

Kegiatan hari ini adalah jawaban dari kegelisahan banyak pihak, mulai dari orang tua, pendidik, dan tenaga kependidikan, siswa bahkan mahasiswa dan mahasiswi serta anak-anak di seluruh Indonesia,”
Kegiatan bertajuk “ Gerakan Peduli Anak jauh dari Kekerasan Seksual “ merupakan bentuk kepedulian social dan aktualisasi dharma Pengabdian Kepada Masyarakat.

“Tentu kita berharap terjadi peningkatan pengetahuan dan kesadaran warga kampus dan masayarakat tentang kekerasan seksual khususnya kekerasan seksual terhadap anak sebagai upaya pencegahan, mewujudkan dan menguatkan sistem penanganan kekerasan seksual yang berpihak pada korban, dan membentuk lingkungan sekolah, masyarakat dan bahkan perguruan tinggi yang aman bagi anak/mahasiswa dan serta tenaga kependidikan dan atau kelompok masyarakat peduli anak untuk terus belajar dan mengaktualisasikan diri.

“Saya mengapresiasi kegiatan PKM Dosen Unsultra dengan salah satu kegiatannya adalah Dialog Gerakan Peduli Anak jauh dari Kekerasan Seksual. Dengan harapan akan terjadi sharing gagasan dan pemikiran serta rumusan yang komprehensif untuk mendukung Gerakan Peduli Anak dalam pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual terhadap anak.

“Saya mengusulkan agar dibentuk agen Gerakan peduli Kekerasan Seskual Terhadap Anak (AGKESNAK) yang terdiri dari unsur kampus, sekolah, pemuda, LSM dan media. AGKESNAK ini diharapkan dapat melakukan sosialisasi dan edukasi serta advokasi terkait Pendidikan seksual, pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual terhadap anak termasuk terkait literasi hukum dibidang kekerasan seksual terhadap anak mulai dari wilayah perkotaan sampai wilayah pedesaan/terpencil,” jelasnya.

Diharapkan Gerakan ini diintergasikan dengan program kegiatan Satgas Dosen PT dan juga bisa melibatkan Duta Unsultra in Global Action,” jelasnya.

Andi Bahrun menambahkan, di PT Unsultra juga sudah ada SATGAS untuk 3 Dosa besar Perguruan Tinggi yaitu perundungan, intoleransi dan kekerasan seksual. Satgas ini dibentuk sebagai implementasi Permendikbudristek No 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di lingkungan Perguruan Tinggi

Dekan FH Unsultra, Dr. La Niasa, mengatakan, Kegiatan dialog yang diselenggarakan dosen FH Unsultra adalah wujud tridharma perguruan tinggi, dengan tema gerakan peduli anak jauh kan dari kekerasan seksual dan prostitusi.

“Kita tahu bersama kekerasan seksual dan prostitusi bukan merupakan permasalahan baru. Tetapi sudah ada sejak dahulu sampai sekarang, namun kini sudah mulai bisa teratasi melalui aturan-aturan yang ada, ” jelasnya.

Menurutnya, kekerasan seksual dan prostitusi merupakan hal serius yang harus mendapatkan perhatian lebih. Ini bentuk kejahatan yang bertentangan dengan hak-hak asasi manusia.

“Praktek kekerasan seksual harus dihentikan sedini mungkin. Dimana kekerasan seksual merupakan pengalaman sehari-hari kaum perempuan yang bisa terjadi disemua ruang dimanapun berada.

“Ketika melihat secara nasional, saat ini telah banyak aturan yang menentang adanya kekerasan seksual baik dilakukan secara online maupun konvensional. Banyak aturan hukum yang telah dibuat untuk menekan angka kasus kekerasan seksual dimasyarakat. Tapi ini masih juga terus terjadi.

“Penting melakukan pengabdian masyarakat untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab kekerasan seksual maupun pencabulan. Dan upaya apa yang harus dilakukan untuk memberantas dan mencegah tindak kekerasan seksual dan pencabulan ini bukan saja di lingkungan masyarakat tetapi juga di kampus, “bebernya.

Turut hadir membawakan materi, Dosen Universitas Halu Oleo, Sartiah Yusran, M.Ed., Ph.D, Perwakilan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak kota Kendari, Ir.Hj. St. Ganef , M. Si, Direktur PPA kota Kendari, Anita Rahman, S. Sos dan Dosen FH Unsultra, Hijriani, SH., MH.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *