BKK, KENDARI– Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA) dan Sister in Danger menggandeng Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) dalam diskusi musikal antikorupsi, Senin (18/9). Kegiatan ini dihadiri ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi (PT) yang ada di Kota Kendari.
Kegiatan yang berlangsung di salah satu hotel di Kota Kendari tersebut, merupakan rangkaian tur BHACA di Pulau Sulawesi, mulai dari Unhas Makassar, UIN Alauddin Makassar, Unisa Gorontalo, IAIN Sultra Amai Gorontalo dan terakhir di dua PT di Sultra yakni Unsultra dan Universitas Halu Oleo (UHO).
M Berkah Gamulya salah satu Staf BHACA mengatakan, pihaknya sengaja mengajak mahasiswa dalam diskusi antikorupsi karena mahasiswa adalah generasi muda yang harus menjadi aktor utama dalam pemberantasan korupsi yang dimulai dari rumah, kampus maupun di lingkungan yang lebih tinggi lagi.
“Kami sengaja mengundang banyak mahasiswa untuk hadir, agar mereka mendapat informasi dan bisa beraksi jika mendapatkan informasi mengenai praktek korupsi. Jadi di sini kami berperan memberikan informasi tentang korupsi dan bagaimana cara pemberantasannya,” kata Berkah di sela-sela diskusi tersebut.
Ia menjelaskan, diskusi musikal anti korupsi merupakan model baru bagi generasi muda agar mudah diterima. Pasalnya, musik merupakan salah satu media universal menjangkau ke lubuk hati.
“Jadi informasi yang penting dengan lagu yang cocok, mudah-mudahan bisa menggerakan anak-anak muda dan mahasiswa bisa berbuat sesuatu. Paling tidak untuk Kendari dan lebih luas lagi untuk Sultra agar terbebas dari jeratan korupsi,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor Unsulta Prof Andi Bahrun mengatakan, mengapresiasi langkah yang diambil BHACA untuk berkerjasama dengan Unsultra. Pasalnya, di daerah Indonesia Timur hanya enam universitas yang diajak berkerjasama mengadakan kegiatan tersebut.
“Ini adalah momentum yang baik bagi mahasiswa untuk mengikutinya, sebab sekarang ini masalah korupsi sudah menjadi isu nasional, sehingga diperlukan peran mahasiswa dalam menyelamatkan bangsa dari pelaku korupsi agar tidak merajalela,” katanya.
Ia berharap, mahasiswa sebagai agen perubahan, bisa mendukung pemerintah agar tidak terjadi lagi praktek korupsi di Indonesia.
“Cara BHACA menggunakan musik sangat bagus, apalagi disajikan dengan lagu-lagu yang punya nilai untuk menggerakan hati agar lebih meningkatkan integritas dalam menyelamatkan bangsa. Diskusinya ada tapi dalam suasana yang santai dan rilex, sebab yang dimasuki dunia anak muda,” pungkasnya.
Untuk diketahui, yang menjadi narasumber dalam Diskusi Musikal Anti Korupsi yakni Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yaitu Alexander Marwata Ak SH CHF. (p12/b/nur)