Direktur Utama Kendari Pos Irwan Zainuddin (kanan), Rektor Unsultra Prof.Dr.Ir. H.Andi Bahrun, MSc.Agic (dua dari kanan), Direktur Kendari Pos La Ode Diada Nebansi (dua dari kiri), Biro Direksi Kendari Pos Sawaludin Lakawa (kiri) usai diskusi di Bincang Pagi dikanal Youtube Kendari Pos Channel. Prof.Dr.Ir. H.Andi Bahrun menjadi narasumber dalam kapasitas sebagai Ketua Perhimpi Sultra, Kamis (28/1).

Sejak Oktober 2020, fenomena iklim global La Nina terjadi. Kondisi ini diprediksi akan berlangsung hingga Mei 2021 yang diawali puncak musim hujan pada Januari hingga Februari mendatang. Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak cuaca ekstrem. Literasi tentang iklim mesti ditingkatkan. Hal itu sebagai upaya bersatu mencegah bencana banjir.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Ketua Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (Perhimpi) Sulawesi Tenggara (Sultra), Prof. Dr. Ir. H.Andi Bahrun, MSc.Agic, mengatakan perlu keterlibatan semua pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, akademisi, masyarakat umum, pengusaha, hingga media.

Pemerintah perlu menyiapkan regulasi yang ditegakkan secara konsisten. Masyarakat yang peduli terhadap lingkungan diberikan award (penghargaan) sedangkan yang abai diganjar dengan punishment (hukuman). Pengusaha dapat memanfaatkan dana CSR untuk lingkungan.

Media massa turut mengedukasi masyarakat terkait informasi iklim. Sementara, akademisi berperan melalui riset dan inovasi teknologi.

“Keterlibatan semua pihak sangatlah penting. Kita tidak bisa mengklaim faktor penyebab banjir tanpa riset terlebih dulu. Pemda perlu mendukung dan mengajak akademisi melakukan riset lingkungan
, misalnya seputar penyebab utama banjir apakah karena perkebunan, pertambangan, dan lain-lain. Jika kita menemukan akar masalahnya, maka akan lebih mudah menentukan solusi,” kata Prof.Andi Bahrun saat menjadi pembicara dalam Bincang Kita Kendari Pos Channel, Kamis (28/1) kemarin.

Guru Besar Unsultra itu mengatakan potensi cuaca ekstrem yang berdampak pada risiko kejadian bencana hidrometeorologi termasuk banjir semakin meningkat di sejumlah wilayah Indonesia tidak terkecuali Sultra.

“Hampir seluruh wilayah Sultra termasuk Kota Kendari, sebagian besar curah hujannya di atas normal. Artinya, ada peluang terjadi banjir kalau tidak diantisipasi. Kita seharusnya bisa belajar dari pengalaman,” ujar Prof.Andi Bahrun.

Menurutnya, untuk menghindari kemungkinan buruk tersebut, pemerintah perlu memetakan titik-titik wilayah dengan curah hujan tinggi. Dengan data yang terus diperbaharui oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mestinya dapat diprediksi daerah-daerah rawan banjir.

“Bencana ekologi (lingkungan) dapat disebabkan oleh dua faktor yakni iklim dan kerusakan lingkungan. Jika kedua faktor ini terjadi, maka peluang terjadi banjir sangat besar,” imbuh Rektor Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) ini.

Sebaliknya, kata Prof. Andi Bahrun, apabila kondisi lingkungan terjaga, sungai dinormalisasi, drainase diperbaiki, hutan dikonservasi dengan menanam pohon, walaupun curah hujan tinggi, bencana banjir bisa dicegah.

Ia menilai, Kota Kendari adalah contoh daerah yang sudah berhasil melakukan normalisasi sehingga dalam dua tahun terakhir bisa menghindari banjir. Selain itu, daerah-daerah pertanian harus mempersiapkan pompa air guna mencegah gagal panen. Ia juga menekankan perlunya normalisasi sungai dan membuat kolam retensi. Yang tidak kalah penting juga yaitu adanya early warning (peringatan dini).

“Early warning harus dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan BMKG. Perlu juga dibentuk tim berbagai elemen agar lebih siap mengambil langkah-langkah terbaik jika banjir tidak dapat dihindari,” terang Prof. Andi Bahrun.

Di samping itu, kata dia, sudah saatnya pemerintah Kota Kendari menyediakan weather information display (WID) atau layar informasi cuaca di ruang publik untuk prediksi cuaca seperti di kota-kota besar lainnya. Meski teknologi serupa sudah tersedia dihampir semua gawai saat ini, namun kehadiran WID dapat meningkatkan awareness (kesadaran) masyarakat terhadap kondisi cuaca.

Terkait Kota Kendari yang dalam dua tahun belakangan tidak mengalami banjir, Prof.Andi Bahrun menilai semua pihak harus tetap waspada karena curah hujan saat ini sangat tinggi. Untuk daerah penyangga seperti Kabupaten Konawe, perlu dibuat program pertanian responsif (tahan) iklim. Sehingga, bagaimanapun kondisi iklim, gagal panen dapat diminimalisir. Masyarakat juga harus tahan terhadap iklim. (uli/b)

Sumber : https://kendaripos.co.id/2021/01/rektor-unsultra-pemda-perlu-dukung-riset-lingkungan/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *